“TERKAGUM”

Ok waittt,, Saya mau sedikit bercerita tentang hal random yang sering dilakukan pas waktu saya zaman ababil alias ABG labil haha dimana ada kesempatan bisa main bersama temen-temen langsung deh kita ngebolang, betculll,, salah satunya kita suka pergi “MANTAI” aseekkjj kita anak pantai bangetlah lah pokonya kala itu!! Waktu itu saya sama temen-temen memutuskan untuk singgah ke menara mercusuar yang ada didaerah ANYER,, singkat cerita kita sama sekali ga ada rasa takut untuk menaiki menara yang bisa dibilang saat itu lumayan udah agak berkarat besi dan anak tangganya,, sungguh jiwa anak muda yang sangat menyala-nyala Abangkuuhh🔥 hahaha..

Tidak butuh waktu lama untuk sampai pada puncak menaranya, dan taraaaaa,,,, yupsss saya sempet merinding melihat pemandangan laut yang begitu indah dari atas menara, dan mata saya terbelalak fokus melihat sekat diantara batas warna pada air laut, saat itu saya cuma berfikir oh ternyata warna air laut itu ga semuanya biru seperti ada sekat berwarna hijau yang kurang lebih seperti itulah,, dan dewasa ini gue baru menyadari apa yang gue lihat saat itu adalah sebuah hal yang sudah tertulis secara harfiah dalam Ayat Indahnya,, “ Dia membiarkan dua laut (tawar dan asin) bertemu. Di antara keduanya ada pembatas yang tidak dilampaui oleh masing-masing. (Ar-Rahman: 19-20)

Tidak sampai disitu masih ada ayat selanjutnya,, yang mengingatkan saya betapa Tuhan maha kaya dan maha Indah,, “Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.“
(Ar-Rahman: 22)
“Saya merasa Shik Shak Shok!!! Bagaimana tidak?!” ketika ibuku sepulang dari perjalanan dinasnya yah sebut saja dari Lombok beliau membawa oleh-oleh berupa sepaket perhiasan untuk anak perempuannya, seperti cincin mutiara, gelang muriara, dan kalung mutiara, semuanya serba mutiaraa,, dan mutiara indah ini asli dari laut lombok ujarnya kala itu!! Saat itu saya juga belum terlalu paham tentang asal usul mutiara jadi saya hanya menganggukkan kepala tanda setuju jika mutiara itu bahwasannya indah. 

Pun sebelum sampai pada ayat ke-22,, saya justru menemukan kalimat indah yang berbunyi “Matahari dan bulan (beredar) sesuai dengan perhitungan.” (Ar-Rahman : 5) Alangkah terkagum-kagum saya ketika mencoba memaknai penjabaran dari ayatnya. Berikut apa yang membuatku takjub!!!

Allah menyebutkan bahwa matahari dan bulan yang termasuk di antara benda-benda angkasa yang terbesar, beredar dalam orbitnya masing-masing matahari dan bulan yang sangat pasti, karena adanya itu maka terjadilah perubahan musim. Dengan memperhitungkan perubahan-perubahan tersebut manusia dapat mengatur pertanian, perdagangan, pendidikan dan sebagainya.

Banyak ayat dalam Al-Qur'an menyebut dan menjelaskan tentang pasangan matahari dan bulan.

Matahari sebagai sumber cahaya yang terang membara (wahhaj) akibat reaksi nuklir di dalamnya. Sementara bulan hanya sebagai pemantul cahaya yang diterimanya dari matahari memiliki permukaan yang cerah berbinar-binar (munir). Matahari dan bulan bersama benda-benda langit lainnya tidak diam. Mereka bergerak di angkasa pada jalan (garis edar) masing-masing sebagaimana Allah berfirman dalam Surah az-Zariyat/51:7. Jalan yang dimaksud adalah garis edar dari benda-benda langit, termasuk matahari dan bulan.


Dalam fisika, garis edar benda langit disebut orbit merupakan jalan atau lintasan yang dilalui oleh suatu benda langit, di sekitar benda langit lainnya, di dalam pengaruh dari gaya-gaya tertentu. Orbit pertama kali dianalisa secara matematis oleh Johannes Kepler yang merumuskan hasil perhitungannya dalam hukum Kepler tentang gerak planet. Dia menemukan bahwa orbit dari planet dalam tata surya kita adalah berbentuk ellips dan bukan lingkaran atau episiklus seperti yang semula dipercaya. Pada tahun 1601 Kepler berusaha mencocokkan berbagai bentuk kurva geometri pada data-data posisi Planet Mars yang ada. Hingga tahun 1606, setelah hampir setahun menghabiskan waktunya hanya untuk mencari penyelesaian perbedaan sebesar 8 menit busur (mungkin bagi kebanyakan orang hal ini akan diabaikan), Kepler mendapatkan orbit Planet Mars. Menurut Kepler, lintasan berbentuk ellips adalah gerakan yang paling sesuai untuk orbit planet yang mengitari matahari. Pada tahun 1609 dia memublikasikan Astronomia Nova yang menyatakan dua hukum gerak planet. Pergerakan-pergerakan benda langit ini terkendali sepenuhnya dan semuanya harus bergerak dalam suatu orbit yang terhitung. Jika tidak yang akan terjadi adalah tabrakan yang berarti kehancuran yang fatal.

 

Dimana saya langsung teringat lagi beberapa ayat Indah-Nya yang serupa berbunyi “ Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.“ (Yasin: 39-40) dan berikut penjabaran ayat tersebut,, perlu diketahui bahwa bulan beredar mengitari bumi dalam waktu 29.53059 hari. Waktu ini adalah waktu edar bulan relatif terhadap bumi tanpa memasukkan unsur peredaran bumi terhadap matahari. Apabila dimasukkan unsur pergerakan relatif bulan dan matahari terhadap semua bintang di alam maka lama peredaran bumi bukan 24 jam tetapi 23 jam 56 menit 4 detik dan waktu edar bulan terhadap bumi adalah 27.321661 hari atau 86164.0906 detik. Suatu angka yang fantastik, Subhanallah. Hal ini dipertegas lagi dalam firman-Nya pada Surah Yasin 36: 38, 40 dan Surah al-Anbiya'/21: 33.


Bumi dan planet-planet lain di sistem tata surya ini bergerak pada orbitnya masing-masing mengelilingi matahari. Matahari di lintasan orbitnya juga bergerak mengelilingi sistem yang lebih besar lagi yakni galaksi Bima Sakti, begitu seterusnya. Tetapi tidak satupun dari bintang, planet dan benda-benda langit lainnya di angkasa bergerak tidak terkendali atau memotong orbit lain ataupun saling berbenturan. Tampak jelas kecermatan takdir pada keserasian antara ciptaan dan gerakan. Di angkasa yang luas ini pergerakan setiap benda langit tidak ada yang melenceng sehelai rambut pun atau terlambat sedetikpun. Al-Qur'an mengisyaratkan pergerakan benda-benda langit di alam semesta ini secara serasi, hal tersebut diungkap dalam az-Zariyat/51:7.


Allah telah menetapkan jarak-jarak tertentu bagi peredaran bulan, sehingga pada setiap jarak tersebut ia mengalami perubahan, baik dalam bentuk dan ukurannya, maupun dalam kekuatan sinarnya. Mula-mula bulan itu timbul dalam keadaan kecil dan cahaya yang lemah. Kemudian ia menjadi bulan sabit dengan bentuk melengkung serta sinar yang semakin terang.

Selanjutnya bentuknya semakin sempurna bundarnya,

sehingga menjadi bulan purnama dengan cahaya yang amat terang. Tetapi kemudian makin menyusut, sehingga pada akhirnya ia menyerupai sebuah tandan

kering yang berbentuk melengkung dengan cahaya yang semakin pudar, kembali kepada keadaan semula.

Saya kembali mengingat waktu saya duduk dibangku sekolah dasar kiranya saya kelas 6, guru saya pernah menyuruh kita untuk menghafal fase-fase bulan, dari bulan utuh, bulan sabit, sampe kembali ke fase awal bulan lagi mengiyakan apa yang saya pahami tentang penjelasan ayat indah-Nya tadi. Segala Puju bagi Tuhan Semesta Alam!!! Lantas saya meyakini bahwa setiap manusia pun memiliki orbitnya masing-masing dimana “Kita tidak bisa membandingkan kehidupan kita terhadap kehidupan orang lain sebab kita berjalan sesuai garis hidup yang telah ditentukan-Nya”.

Komentar

Postingan Populer